Selamat tinggal World cup 2002
Piala dunia, dari zaman ke zaman selalu menyedot perhatian semua pecinta olahraga dunia. Dimana pun kejuaran akbar ini diadakan, demamnya tetap merata keseluruh pelosok bumi. Indonesia adalah salah satu yang merasakannya. Betapa kuatnya pengaruh event ini, sampai-sampai kita semua bisa merasakan tegang, gembira, sedih, dan marah dalam mengikuti pertandingan demi pertandingan, padahal walaupun meskipun timnas kita tidak berlaga di korea jepang ini, kita selalu tak kehilangan cara untuk ikut hanyut kedalamnya Maka dukungan pun dialihkan ke negara peserta final ini, ada yang mendukung tim Korsel dan Jepang karena mereka sama-sama dari asia, atau ada juga yang mendukung tim-tim yang para bintang sepakbolanya bermain disana. Atau mungkin sekedar mendukung tim underdog, yang memang asyik mengikuti perjuangannya dalam membuktikan kemampuannya - apalagi kalo bisa sampai mengalahkan tim favorit, dan pada piala dunia kali ini memang ternyata banyak tim unggulan yang berguguran. Patut diberi catatan adalah buat tim Senegal, Korea dan Amerika Serikat yang masing-masing mampu melangkah ke babak selanjutnya dengan menumbangkan tim-tim unggulan dari eropa dan Amerika latin. Terutama sekali adalah Korea dengan semangatnya dan Amrik dengan kejutannya. Ini adalah pembuktian bahwa sepakbola kini bukan lagi milik Amerika Latin dan Eropa, tapi telah merata kesemua benua. Maka sudah kebayang kalo event-event piala dunia yang akan datang akan semakin ketat persaingannya.
Ya, hari minggu kemarin, berakhir sudah piala dunia denagn Brazil sebagai juara ke lima kalinya, banyak catatan baru, banyak pelajaran yang bisa dapat. Mungkin dalam dua - tiga hari kita masih menikmati cerita yang tersisa, masih akan ada berita di koran-koran dan televisi, hari setelah itu kita cuma bisa mengenang, mungkin sebagian melupakan sama sekali. Kembali menekuri rutinitas yang dulu, kembali baca koran, nonton TV tentang.... politik, ekonomi, perang, kriminalitas.. aduh.
Terimakasih Piala Dunia, yang telah menghibur dan membuat kita melupakan kesusahan walau cuma sebulan.
Senin, Juli 01, 2002
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar